Biografi Pieter Erberveld (Jurnal)


   

   Pieter Erberveld (dapat dibaca juga: Pieter Erberfeld atau Peter Elberfeld, lahir Ceylon, 1660 - meninggal Batavia, 14 April 1722) adalah seorang tokoh yang tercatat pernah dihukum mati oleh VOC pada tahun 1722 yang melakukan rencana pemberontakan bersama penduduk jawa tahun 1721 karena dianggap memimpin konspirasi dan sejumlah kekacauan yang bertujuan menentang kekuasaan VOC di Batavia.

     Elberfeld adalah orang Indo Jerman-Siam namun kemudian bekerja di Batavia. Nama keluarganya menunjukkan bahwa keluarganya berasal dari Elberfeld, yang sekarang menjadi bagian dari kota Westphalia (NRW), Jerman. Ayahnya datang ke Batavia sebagai penyamak kulit dan ibunya berasal dari Siam. Setelah ia diangkat sebagai anggota Heemraad (badan/lembaga yang mengrus tanah-tanah wilayah jajahan) dia diberi tugas untuk mengurusi kepemilikan tanah di daerah Ancol, ia(ayahnya) menjadi tuan tanah. Kekayaan ini diwariskan kepada anaknya (Pieter Elberfeld).

    Menurut versi VOC, Elberfeld bersekongkol dengan beberapa pejabat Banten di Batavia untuk membunuhi orang Belanda pada suatu perayaan pesta. VOC juga menuduh ia bersekongkol dengan keturunan Surapati di Jawa bagian timur. Tidak diketahui motivasi Elberfeld sesungguhnya, apakah ia memang ingin membantu orang Banten (dipimpin Raden Kartadriya) menguasai kembali Batavia, atau ia memiliki rencana sendiri, apabila Belanda enyah dari sana, karena ia sakit hati atas perlakuan Gubernur Jenderal Johan van Hoorn yang telah menyita tanahnya pada 1700-an dan memiliki perselisihan dengan otoritas VOC tentang hak waris dan VOC menuduh dia melakukan pemberontakan dengan penduduk jawa pada 1721 dengan tujuan mendirikan negara Islam namun dia ditangkap dan sebagian kecil disiksa serta dieksekusi dan pada tanggal 1 Januari 1722 dia dituduh merencanakan pemberontakan dengan orang Jawa namun tertangkap kemudian dieksekusi pada tanggal 14 April 1722

     Rencana pembunuhan ini bocor karena ada budak yang melapor ke VOC. Versi lain mengatakan, kalau Sultan Banten-lah yang membocorkan karena ia khawatir akan pengaruh Elberfeld dan Kartadriya yang akan merongrong kekuasaannya selain itu Elberfeld dikenal luas oleh masyarakat lokal di Batavia. Godee Molsbergen, yang menulis tentang peristiwa itu, melihat banyak kejanggalan pada tuduhan yang dialamatkan VOC terhadap Elberfeld. Ia dihukum mati bersama dengan Kartadriya dan 17 orang penduduk asli lainnya di halaman selatan Benteng Batavia, bukan di halaman Balai Kota. Pelaksanaan hukuman mati itu digambarkan sangat sadis, dilakukan dengan menarik kedua tangan dan kaki, masing-masing diikat pada seekor kuda. Akibatnya, tubuhnya terpotong. Hal ini dilakukan VOC untuk memberikan efek jera kepada penduduk agar tidak lagi mencoba-coba melakukan perlawanan pada mereka. 

    Tubuh Elberfeld dimakamkan di suatu sudut di Jalan Pangeran Jayakarta, Jakarta sekarang dan di sana kemudian didirikan suatu tugu peringatan. Di tugu itu dipajang tengkorak Elberfeld yang ditusuk tombak dan di bawahnya terdapat prasasti yang dulunya merupakan rumahnya berdiri. Banyak cerita tentang Elberfeld telah beredar di masyarakat Indonesia setidaknya sejak 1888, termasuk sebuah novel yang diterbitkan pada tahun 1924 oleh Tio Ie Soei dan salah satu versi dari cerita tentang nya dibuat menjadi drama TV pada 1980-an. Saat kedatangan Jepang 1942, tugu itu dihancurkan namun prasastinya dapat diselamatkan letak aslinya berada di Jacatraweg namun pengunjung dari jepang secara rutin mengunjungi monumen tersebut sebelum perang dunia II. Replikanya kemudian didirikan kembali. Sejak tahun 1985 tugu itu kemudian dipindahkan ke Museum Prasasti Jakarta karena tempat tugu itu berdiri dijadikan ruang pamer mobil. Kampung tempat makam ini sekarang dinamakan Kampung Pecah Kulit bahkan Elberfeld dikenal dengan pangeran pecah kulit, konon karena kulit Elberfeld terkelupas akibat hukuman itu.



Sumber 
  • Kompas Daring edisi 29 Desember 2003, diakses 25 Oktober 2008
  • Horton, William Bradley. "Pieter Elberveld: The Modern Adventure of an Eighteenth-Century Indonesian Hero," Indonesia 76 (October 2003): 147-198
  • Yamamoto, Mayumi. "Spell of the Rebel, Monumental Apprehensions: Japanese Discourses On Pieter Erberveld," Indonesia 77 (April 2004): 109-143
  • Jean Gelman Taylor, Indonesia: Peoples and Histories, Yale University Press, 2003
  • Heuken, Adolf (1982). Historical Sites of Jakarta. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka.
  • Roo, L. W. G. de (1866). "De Conspiratie van 1721," Tijdschrift voor Indisch Taal-, Land- en Volkenkunde, vol. XV.
  • Taylor, Jean Gelman. The Social World of Batavia: Europeans and Eurasians in Colonial Indonesia (University of Wisconsin Press, 2nd ed. 2009)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

intel vs amd dan arm

Standar profesi ACM dan IEEE Standar Profesi di Indonesia dan Regional

Kenalan Dengan Oiran yang Berbeda dengan Geisha