Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2018

Sang Havelar

Kelasi datang dari ufuk Batavia ditengah kumpulan manusia Muda dan tiada pengalaman hidup tepatri padanya Hari-hari berat dilalui, saban hari mengamati para insani Jabatan dan uang lumrah ditengah para manusia Kini kelasi menjadi ambtenaar [1] ditengah riuhnya suara manusia Lebak, tiada lain candradimuka yang harus kau emban Keringat dan darah kau lalui Penguasa rakus durjana tanpa pandang agama Setiap keringat manusia tiada harga Pemerasan disana sini dilalui buruh-petani Kesulitan-kesalahan tiada nilai berarti Keadilan dan kebenaran TIDAK digubris Kecewa dan menangis di dalam hati Saban hari ia lalui di lebak mencari keadilan sejati “aku sudah banyak menderita” Kalangan kecil tiada mengayomi melindungi Engkau tidak bisa berbuat apa-apa di tempat kami Hanya berita engkau sampaikan, itu sudah cukup untuk kami Terkurung dan terkunci suaramu tiada yang bisa hentikan langkahmu Hanya kepada Tuhan bisa berserah Ideen-enlighment [2] mengusik kab

PUISI : SANG SANGGARBUANA

Embun membasahi bumi deru-deru harmoni kehidupan sayup-sayup nyanyian burung di pagi hari sang surya bangun dari istirahatnya derap-derap langkah manusia negeri negeri jauh yang tak bertuan di ufuk timur menyuarakan silaturahmi dari puncak Indrapura menyusuri kuasa Ilahi, mengambil secercah hati hati yang tertutup kabut nestapa syair Ilahi mengiringi yang telah tiada mengingatkan hidup hidup singgah untuk melepas dahaga sang Sanggarbuana bercerita manusia lupa siapa yang hakiki di dunia ini menyusuri kehidupan yang silih berganti manusia datang kemudian pergi kehidupan yang berputar waspada terhadap segala 50 tahun kujalani hanya kesia-sian belaka didapati hanyalah kehampaan ketiadaan, keputusasaan dan ketidakpastian oh... degupan tiada habisnya oh.. peristiwa-peristiwa manusia dihadapi hanyalah bersujud pada-Nya bertanya pada semilir angin sang Sanggabuana menutup cerita tirai kehidupan ditutup dengan elegi