Postingan

Arah demokrasi Indonesia

Indonesia, merupakan negara yang terletak di garis khatulistiwa beragam masyarakatnya, bercorak ragam agamanya, berbeda juga budaya dan idenya, tapi semuanya disatukan oleh Bhinneka Tunggal Ika yang telah digariskan sejak berabad lampau hampir 83% penduduk Indonesia adalah beragama Islam yang tentu saja mereka disatukan oleh la ilaha illallah begitu juga agama lain yang disatukan oleh Ketuhanan yang Maha Esa yang berarti bahwa manusia Indonesia adalah beragam dan meyakini bahwa ada kekuatan yang sangat besar diatas segalanya dan menerima agama yang dianut oleh setiap manusia tanpa memandang dan agama adalah hak setiap Individu yang meyakini dengan segala sadar akan hakikat yang Maha Kuasa. Tujuh Puluh Tiga tahun yang lalu nenek moyang kita melahirkan di Pulau ini, sebuah negara baru, dikandung dalam pertiwi dan didedikasikan untuk proporsi bahwa semua manusia diciptakan sama dengan corak beragam yang telah meletakkan kaki ditempat yang tepat dan mengokohkan diri untuk membangun b

Sang Havelar

Kelasi datang dari ufuk Batavia ditengah kumpulan manusia Muda dan tiada pengalaman hidup tepatri padanya Hari-hari berat dilalui, saban hari mengamati para insani Jabatan dan uang lumrah ditengah para manusia Kini kelasi menjadi ambtenaar [1] ditengah riuhnya suara manusia Lebak, tiada lain candradimuka yang harus kau emban Keringat dan darah kau lalui Penguasa rakus durjana tanpa pandang agama Setiap keringat manusia tiada harga Pemerasan disana sini dilalui buruh-petani Kesulitan-kesalahan tiada nilai berarti Keadilan dan kebenaran TIDAK digubris Kecewa dan menangis di dalam hati Saban hari ia lalui di lebak mencari keadilan sejati “aku sudah banyak menderita” Kalangan kecil tiada mengayomi melindungi Engkau tidak bisa berbuat apa-apa di tempat kami Hanya berita engkau sampaikan, itu sudah cukup untuk kami Terkurung dan terkunci suaramu tiada yang bisa hentikan langkahmu Hanya kepada Tuhan bisa berserah Ideen-enlighment [2] mengusik kab

PUISI : SANG SANGGARBUANA

Embun membasahi bumi deru-deru harmoni kehidupan sayup-sayup nyanyian burung di pagi hari sang surya bangun dari istirahatnya derap-derap langkah manusia negeri negeri jauh yang tak bertuan di ufuk timur menyuarakan silaturahmi dari puncak Indrapura menyusuri kuasa Ilahi, mengambil secercah hati hati yang tertutup kabut nestapa syair Ilahi mengiringi yang telah tiada mengingatkan hidup hidup singgah untuk melepas dahaga sang Sanggarbuana bercerita manusia lupa siapa yang hakiki di dunia ini menyusuri kehidupan yang silih berganti manusia datang kemudian pergi kehidupan yang berputar waspada terhadap segala 50 tahun kujalani hanya kesia-sian belaka didapati hanyalah kehampaan ketiadaan, keputusasaan dan ketidakpastian oh... degupan tiada habisnya oh.. peristiwa-peristiwa manusia dihadapi hanyalah bersujud pada-Nya bertanya pada semilir angin sang Sanggabuana menutup cerita tirai kehidupan ditutup dengan elegi

Kami Menentukan Arah demokrasi Indonesia

     Penulis menyadari keberagaman suku, agama, bahasa, budaya, ras hingga adat istiadat bangsa Indonesia yang mulai beragam dan berbeda-beda tapi rel-rel bangsa ini sudah mulai mudar dan hilangnya baut yang menancapkan pada rel tersebut dan pembaca telah menyadari pasti selama Indonesia berjalan hampir 73 tahun telah bergoyang dari segala sendi baik pendidikan, sosial, hukum, politik hingga masalah ekonomi maupun keuangan yang mulai merosot dari tahun ketahun, Indonesia dari Sabang hingga Merauke selalu dipimpin oleh suku yang sama, bahasa yang sama dan lain-lain mengapa suku bangsa di Indonesia pemimpinnya dari tidak ada dari daerah lain yang sama di Indonesia sukunya itu-itu saja kemana pantat mereka pergi kita pergi juga, kemana rasa kebangsaan itu, kemana rasa kemajemukan, lihatlah negara besar bangsa bersar yang telah lama menyadari demokrasinya, Indonesia sudah lama merasakan demokrasinya paling sederhana yaitu musyawarah dengan baik-baik, lihatlah Amerika mereka berani mengan

Balaputeradewa mempertanyakan tahta Jawa #2

        Kini bangsa Indonesia telah melangkah jauh dari segala aspek kearifan lokal karena menjunjung aspek rasionalitas tiada henti, padahal kearifan lokal itu perlu untuk diambil pelajaran, banyak sekali contohnya di Indonesia dari hal kecil hingga besar, penulis mengambil tema ini kembali mengingat sesuatu sekarang sudah tidak pada tempatnya kembali, sudah menyimpang jauh dari cita-cita, harapan serta tujuan semula, ada juga pemimpin meninggalkan kendaraannya, hukum jauh dari kata adil, dimana semuanya bergemuruh riuh tidak tentu, generasi muda nestapa tiada tahu melangkah kemana mereka mungkin ke jalan kegelapan dan jalan seharusnya.       Balaputeradewa kini menjelma menjadi masyarakat yang terbagi dan terbelah belum satu padu, mereka letak dibarat tumpuan akhir bangsa ini, raungan, suara lantang serta kegemilangan terkubur didalam diri mereka, saya melihat belum ada satupun raja hingga presiden bisa menyatukan seluruh pulau di Nusantara dan mau mengambil langkah memindahkan

Balaputeradewa mempertanyakan tahta Jawa

          Penulis membuat judul ini hanya sebagai suatu pemikiran dalam mengenai kenegaraan yang selalu dipikirkan oleh bangsa-bangsa yang dahulu bagaimana mengatur masyarakat yang dari ujung pulau satu ke pulau yang lain dengan berbagai sudut pandang,ideologi, agama, bangsa, marga, hingga suku dan keluarga tujuannya hanya satu yaitu kesejeahteraan, penulis mengambil tokoh ini mengingat dalam benak masyarakat akan kejayaan masa lalu dan kelihatannya kejayaan masa lalu tidak akan terulang kembali dan bahkan hanya menjadi mitos, Balaputeradewa merupakan anak dari Samaratungga di Pulau Yawadwipa dan tentunya seorang raja dalam sejarahnya banyak simpang siur akan kehadirannya dan tidak banyak peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya tertinggal terkhususnya hanya berupa peninggalan prasasti tapi situs istana maupun benteng tidak ada sama sekali.            Balaputeradewa dalam catatan dia menuju kerajaan di Swarnadwipa yang berada disebelah barat pulau Yawadwipa, secara pemikiran biasa men

Karya bersama Braindilog Sociology

Gambar
Judul : Kajian analisis Sosial dengan Pendekatan Konsep Teori Tokoh Sosiologi Indonesia Pengarang : Braindilog Sociology Kata Pengantar : Prof. Dr. RB Soemanto, M.A Penerbit : Kekata Publisher Tempat Terbit: Surakarta Tahun Terbit : 2017 Cetakan : Pertama, November 2017 Ukuran : 18,2 x 25,7 cm Jumlah Halaman : xv, 186 ISBN : 978-602-5613-12-8 Harga : Rp. 50.000,00 Sosiologi merupakan kajian yang mengarah pada kehidupan sendi-sendi manusia sebagai suatu kesatuan hidup, braindilog mengemas buku ini secara seksama dengan kacamata kehidupan sosial yang ada di Indonesia, pemahaman substansial dalam kehidupan manusia dari segala norma, addat istiadat yang berdasarkan bangunan satu kesatuan yang utuh kehidupan masyarakat Indonesia yang mengakar dan dinamis sehingga ilmu pengetahuan tidak selalu mutlak benar karena buku ini mengkaji dari berbagai sudut pandang kemasyarakatan Indonesia dari ujung Sumatera hingga ujung Irian yang mau melihat dan menulis permas