Sang Havelar



Kelasi datang dari ufuk Batavia ditengah kumpulan manusia
Muda dan tiada pengalaman hidup tepatri padanya
Hari-hari berat dilalui, saban hari mengamati para insani
Jabatan dan uang lumrah ditengah para manusia
Kini kelasi menjadi ambtenaar[1] ditengah riuhnya suara manusia
Lebak, tiada lain candradimuka yang harus kau emban
Keringat dan darah kau lalui
Penguasa rakus durjana tanpa pandang agama
Setiap keringat manusia tiada harga
Pemerasan disana sini dilalui buruh-petani
Kesulitan-kesalahan tiada nilai berarti
Keadilan dan kebenaran TIDAK digubris
Kecewa dan menangis di dalam hati
Saban hari ia lalui di lebak mencari keadilan sejati
“aku sudah banyak menderita”
Kalangan kecil tiada mengayomi melindungi
Engkau tidak bisa berbuat apa-apa di tempat kami
Hanya berita engkau sampaikan, itu sudah cukup untuk kami
Terkurung dan terkunci suaramu tiada yang bisa hentikan langkahmu
Hanya kepada Tuhan bisa berserah
Ideen-enlighment[2] mengusik kabut hitam di Eropa
Cendikiawan, raja-raja gempar
Berita nan jauh dari negeri sebrang
Menitiskan air mata harapan di negeri kami
Para insani berdoa yang kini tinggal nama dan kenangan
Seberkas Harapan di Lebak

Gelapnya hari menyelimuti lelapnya penguasa
Dingin dan sunyinya suasana saat itu
Riuh rendah nyanyian ayam berkokok
Menyemangati insan yang bekerja
Bekerja ya.. bekerja dengan cara rodi..
Petani-buruh bersiap ke ladang mengais asa
Asa di tanah terlantar
Sambil berdoa dan berharap meratap tanah
Berserah pada ilahi
Multatuli kecewa, terkejut di simpang jalan
Rakyat menjerit-jerit, haus dan lapar menyelimuti
Berita-berita lebih buruk dari berita
Penguasa memeras bukan haknya
Menyebar bagai kilat menyambar di Eropa
Karya kau sampaikan di Benua Biru sudah cukup bagi kami
Secercah harapan mengetuk hati penguasa
Di negeri seberang kami kirimkan salam
Dari Tanah terlantar diatas bebatuan cadas
Bintang gemintang di ufuk barat
Gelapnya hari kembali, senandung suara ilahi
Memberi harapan pasti
Berlinang air mata kami dalam doa
Multatuli menyampaikan kabar dari kami
Berharap para insani yang tertidur lelap ditanah
Beristirahat dengan tenang kembali pada ilahi



[1] Ambtenaar                         : pegawai negeri pada masa Hindia Belanda
[2] Ideen-enlighment              : Ide/gagasan-penceraha
Puisi Ini Telah di Publis dalam buku antologi puisi "Kepada Toean Dekker"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

intel vs amd dan arm

Standar profesi ACM dan IEEE Standar Profesi di Indonesia dan Regional

Arah demokrasi Indonesia