Arah demokrasi Indonesia
Indonesia, merupakan negara yang terletak di garis khatulistiwa beragam masyarakatnya, bercorak ragam agamanya, berbeda juga budaya dan idenya, tapi semuanya disatukan oleh Bhinneka Tunggal Ika yang telah digariskan sejak berabad lampau hampir 83% penduduk Indonesia adalah beragama Islam yang tentu saja mereka disatukan oleh la ilaha illallah begitu juga agama lain yang disatukan oleh Ketuhanan yang Maha Esa yang berarti bahwa manusia Indonesia adalah beragam dan meyakini bahwa ada kekuatan yang sangat besar diatas segalanya dan menerima agama yang dianut oleh setiap manusia tanpa memandang dan agama adalah hak setiap Individu yang meyakini dengan segala sadar akan hakikat yang Maha Kuasa.
Tujuh Puluh Tiga tahun yang lalu nenek moyang kita melahirkan di Pulau ini, sebuah negara baru, dikandung dalam pertiwi dan didedikasikan untuk proporsi bahwa semua manusia diciptakan sama dengan corak beragam yang telah meletakkan kaki ditempat yang tepat dan mengokohkan diri untuk membangun bangsa serta mendirikan negara dimana mereka berjalan merangkak-rangkak hingga perlahan-lahan tapi bangsa Indonesia tidak pernah berjalan mundur, manusia akan menampakkan karakter mereka di dalam kehidupan manusia dalam hal kekuasaan.
Manusia itu rapuh di luar ketika dalamnya hanya sebuah cangkang tiada ada satupun mempercayai diri mereka itulah namanya niat dan kemandirian yang tidak pernah dibangun, sama seperti bangsa Indonesia yang tidak pernah dibangun dari dalam tapi berharap pada luar, ketika pendiri bangsa bertanya padahal kuncinya sudah dekat bahan disampingnya tapi mereka tutup mata dan tidak mendengar apa kuncinya yaitu kepercayaan pada Tuhan seutuhnya kemudian bersejajar dengan rakyat dan berniat tulus menggapai cita-cita.
Pejabat bangsa ini silakan membodohi rakyat dan bangsa ini tapi mereka tak akan bisa menipu mereka tidak akan, karena kebijaksanaan mereka dan kearifan lokal untuk menggambarkan orang lain sebagaimana mereka melihat diri mereka bahwa kemerdekaan adalah keinginan setiap manusia untuk membuat itu ada dimana saya tidak peduli banyak untuk agama seseorang dimana kucing dan tikus tidak lebih baik karenanya dimana manusia memiliki hak mengkritik dan bertanya tapi juga memiliki kewajiban untuk mendengar dan menjalani kehidupan bahwa takkan nusantara hilang dan binasa di bumi pertiwi selagi bangsa ini mau bahu-membahu tanpa saling bersinggungan atau gontok-gontokkan membangun bangsa dengan pemikiran ikhlas beramal memikirkan kedepan arah dan tujuan bangsa.
Komentar
Posting Komentar