Balaputeradewa mempertanyakan tahta Jawa #2
Kini bangsa Indonesia telah melangkah jauh dari segala aspek kearifan lokal karena menjunjung aspek rasionalitas tiada henti, padahal kearifan lokal itu perlu untuk diambil pelajaran, banyak sekali contohnya di Indonesia dari hal kecil hingga besar, penulis mengambil tema ini kembali mengingat sesuatu sekarang sudah tidak pada tempatnya kembali, sudah menyimpang jauh dari cita-cita, harapan serta tujuan semula, ada juga pemimpin meninggalkan kendaraannya, hukum jauh dari kata adil, dimana semuanya bergemuruh riuh tidak tentu, generasi muda nestapa tiada tahu melangkah kemana mereka mungkin ke jalan kegelapan dan jalan seharusnya.
Balaputeradewa kini menjelma menjadi masyarakat yang terbagi dan terbelah belum satu padu, mereka letak dibarat tumpuan akhir bangsa ini, raungan, suara lantang serta kegemilangan terkubur didalam diri mereka, saya melihat belum ada satupun raja hingga presiden bisa menyatukan seluruh pulau di Nusantara dan mau mengambil langkah memindahkan seluruh aspek diluar pulau, Jepang saja mampu memindahkan ibu kota dari Kyoto ke Tokyo, Malaysia ada dua Ibukota yaitu Kuala Lumpur dan Putra Jaya, Vietnam dari Ho Chi Minh City ke Hanoi dan masih banyak lagi, selagi Indonesia beribukota Jakarta yang peninggalan sejarah maka Indonesia selalu ikut " " kemanapun penjajah itu jalan, tidak ada namanya kesejahteraan maupun keadilan dimuka bumi ini, lantas kemana manusia Indonesia yang sebanyak kurang lebih 260 Juta jiwa itu sebanyak itu, kemana mereka, penulis merasa mereka telah mati secara jiwa, pemikiran dan harga diri mereka.
Kalaulah pemimpin Indonesia dari Raja Kudungga hingga K.H Abdurahman Wahid dihidupakan kembali, tentu manusia Indonesia tunggang langgang lari, tapi bagi yang hidup kembali mereka terbelalak tidak percaya "impossible" "what happening with my country",dari musuh dulunya hingga yang membela, inilah hasilnya negara yang telah kubela mati-matian, inilah negara yang kukhianati mengeruk keuntungan semata, siapa korbannya, anda sudah tahu sendiri penulis tidak perlu menjawab....
Pita Bhineka Tunggal Ika hanyalah sebatas pita ya pita semata-mata pita, bahkan tidak diingat kemana manusia Indonesia yang pancasilais, mereka tu sudah hancur masuk ke sumur kegelapan, tiada lagi namanya orde yang ada kehancuran, rasanya semua pemimpin yang telah menjadi tanah mungkin jiwanya menangis melihat negara apa dan dimana letak "human error" disalahkan pada bagian mananya, semuanya mengikuti nafsu serakah pada hati terdalam jiwa manusia, di Indonesia siapa yang disalahkan... penulis menjawab tidak ada yang disalahkan, buka pikiran, buka sang mata nurani mari susun ulang, mengembalikan semua aspek ke jalurnya, bagi yang memberontak mohon serahkan segala senjata hingga jiwa bagi negara, menyerahkan segalanya sama anda berjihad disisi agama masing masing, hilangkan syak wasangka, tapi kenyataannya pasti tidak ada dan semua nonsens...
Indonesia yang penulis lihat jika ada yang mencoba melepaskan diri secara ideologi saja mungkin 2-5 generasi pasti negara ini tutup tokonya, jika ibarat toko maka orang yang memberontak coba tarik mereka supaya menarik apa bagi Indoesia ini yang bisa mereka perbuat, dimana pelampiasan mereka, jika bagi yang suka teror meneror ya sudah kirim saja mereka ke medan perang di daerah rawan konflik dengan tujuan mengamankan warga disana menuju pos pengaman PBB, bagi generasi yang galau bawa saja mereka keluar negeri dimana mereka digembleng, bagi yang bertengkar bawa saja mereka ke pedalam hutan, jadi penulis mengatakan jika ini dilakukan semuanya, maka tak ubahnya ini seperti pemikiran barbar, padahal penulis berharap dari masa kemasa lebih baik tiada riak besar hingga menimbulkan konflik yang menyusahkan batin dan pikiran.
Puncak keemasan Indonesia telah lewat, disini ane khawatir jangan jangan seperti dinasti Umayyah, seperti dinasti Bolshevik, atau dinasti Shah Iran dimana mereka bisa diketahui telah ditulis dalam sejarah, bagaimana menciptkan negara yang berdiri abadi, itulah tugas yang merepotkan, meyusahkan dan tidak ada habis-habisnya, kemana Indonesai melangkah, penulis tidak pernah tahu..
#QuovadisIndonesia
Komentar
Posting Komentar