Balaputeradewa mempertanyakan tahta Jawa

          Penulis membuat judul ini hanya sebagai suatu pemikiran dalam mengenai kenegaraan yang selalu dipikirkan oleh bangsa-bangsa yang dahulu bagaimana mengatur masyarakat yang dari ujung pulau satu ke pulau yang lain dengan berbagai sudut pandang,ideologi, agama, bangsa, marga, hingga suku dan keluarga tujuannya hanya satu yaitu kesejeahteraan, penulis mengambil tokoh ini mengingat dalam benak masyarakat akan kejayaan masa lalu dan kelihatannya kejayaan masa lalu tidak akan terulang kembali dan bahkan hanya menjadi mitos, Balaputeradewa merupakan anak dari Samaratungga di Pulau Yawadwipa dan tentunya seorang raja dalam sejarahnya banyak simpang siur akan kehadirannya dan tidak banyak peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya tertinggal terkhususnya hanya berupa peninggalan prasasti tapi situs istana maupun benteng tidak ada sama sekali.

           Balaputeradewa dalam catatan dia menuju kerajaan di Swarnadwipa yang berada disebelah barat pulau Yawadwipa, secara pemikiran biasa mengapa anak raja malah menjadi raja di kerajaan baru tepatnya di seberang pulau, padahal dia mempunyai ayah seorang raja dan menggantikan dia adalah suami kakanya seharusnya bukankah tetap kakanya saja memerintah layaknya di kerajaan Inggris dimana ratu yang memerintah sedangkan suaminya tidak tuh...

              Kini kita kemasa sekarang Indonesia sudah menyatu, tapi dari presiden dari masa baholak hingga sekarang dari pulau Yawadwipa lantas konteks nasionalnya dimana dalam artian sudah ada di Undang-undang bahwa yang bisa menjadi presiden adalah orang Indonesia asli dari lahir hingga dia tumbuh memiliki amanah yang besar terhadap bangsanya, negaranya hingga mempertanggungjawabkan dengan agamanya yang dianut, sepertinya masyarakat harus mencari presiden dari kalangan luar tanpa melihat dia dari klan mana, marga mana, suku mana hingga agamanya, kenapa penulis tidak memasukkan bangsa, karena jika bangsa Indonesia mengangkat bangsa lain menjadi presiden alamatlah sudah Indonesia karam ditengah jalan.

           Sepertinya roh Balaputeradewa masih belum tenang karena tahtanya masih tertinggal dan belum ada lonceng pemanggilan dia untuk kemari, dengan kata lain pemimpin jangan hanya dari itu saja lihatlah negara besar, Amerika berani mengambil presiden tanpa pandang bulu dari mana, pada masa khulafur rasyidin mereka memutuskan segalanya dengan musyawarah lantas Indonesia???
Indonesia memang pernah dipimpin oleh dari suku lain tapi tidak lama dan cenderung pengganti sesaat, pelepas lelah, menarik napas pendek, dan akhirnya ada yang bilang Indonesia ibarat toko yang akan tutup kedepannya, atau alamatlah eke negara ini tamat riwayat dan pejabat yang berlagak feodal capciscus boooo ayo kabur tanpa merasa beban bersalah negaranya karam...

          Indonesia dari masa berdiri rasanya belum ada yang menikmati negara ini sendiri, kalau penulis bicarakan misalnya Soekarno yang membeli bahan dapur, Soeharto yang menguleni bahan-bahan, B.J.Habibi yang membuat resep, Abdurahman wahid, Megawati.S.P, dan S.B.Y mempersiapkan tempat, Joko widodo menghidangkannya, lalu yang mendoakan dan menikmatinya??? pembaca bisa  menebak sendiri kalau penulis sudah ada jawaban sendiri Rahasia eke booo, lalu pasti ada pembaca tidak sampai pemikirannya ke judul sebenarnya ada, maksud diatas adalah pemimpin jangan dari kalangan itu-itu saja, buatlah angin segar, buatlah suasana dingin tenang, panggillah para kalangan kuat diluar sana masuk untuk menyantap bersama hal ini sangat keterlaluan bangsa ini dengan jumlah sekasar-kasarnya 260 juta dikurang yang merantau ke negeri sabrang paling tinggi 30 juta masa tidak ada yang pulang dan menjejakkan kaki kenegara sendiri itu sangat nonsense...

           Perang terjadi mereka-mereka diluar itu membela negara yang ia tempati jika ada sejoli beda negara dulunya dia di Indonesia dan terjadi perang anda yang membaca bisa berpikirkan... Balaputeradewa ingin tahta jawa itu kembali kedirinya semula, meminta legitmasi toh, bangsa-bangsa Yawadwipa banyak yang merantau ke Swarnadwipa bahkan sabrangdwipa tapi kenapa satu kepulauan tidak ada yang menjejakkan kaki untuk bertahta di Yawadwipa apa karena sebatas isapan jempol semata karena pemikiran dengan kungkungan mitologi atau keserakahan yang meliputi hati manusia lantas dimana mereka....

             Bangsa Indonesia kini telah rapu- serapuh-rapuhnya dari dalam hingga luar satu-satunya cara menguatkannya ibarat tongkat kayu bisa dikuatkan tapi tidak menjadi kayu utuh, yaitu dipasang pasak ditengah lalu di lakban itulah dengan kata lain Indonesia harus mengambil langkah ekstrim seperti NAZI di Jerman jika tidak bisa pemimpinnya harus bisa menguasai massa layaknya Adolf Hitler, tidak bisa juga lakukan Isolasi total selama 50 tahun kecuali perdagangan dan pelayaran dan tempatnya hanya 5 saja, tidak bisa lagi Indonesia harus bergabung dengan pakta aliansi, masih tidak juga panggil semua mahasiswa yang lulus dari segala bidang dan pekerjakan mereka di bidang konsulat atau proyek atas nama negara, masih tidak bisa penulis masih ada sejuta cara memikirkannya kalau ditulis beribu-ribu page tidak akan kelar booo....

             Swarnadwipa kini dan dulu jauh berbeda Balaputeradewa sengaja tidak meninggalakan situs kerajaan tapi ditinggal hanya sebuah catatan supaya mereka mencari yang hilang atau di Indonesia ada abad yang hilang atau bangsa ini menghilangkan dirinya sendiri membicarakan negara tidak akan ada habisnya, yawadwipa sudah layak dipindah fungsi segalanya ke Amradwipa saja dari pada berdesakkan-sempit,polusi,tidak jelas, tidak beratuan, peninggalan penjajah cukup banyak hingga sifat penjajah bukan main melekat dimereka layakanya alteco boooo, 
sudah dulu ya booo dah malam... ane publish dulu jika komen ya komen saja ini hanya opini doang. capcus boooo...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

intel vs amd dan arm

Standar profesi ACM dan IEEE Standar Profesi di Indonesia dan Regional

Arah demokrasi Indonesia