Dahan : Pemimpin yang bisa menjadi tempat bergantung masyarakat ditengah era reformasi

Hiruk-pikuk masyrakat yang mulai bergemuruh dan mulai membuat kegaduhan ditengah masyarakat seolah-olah merasa "fallin in love" semuanya demi kekuasaaan (almighty) sangat jarang pimpinan berjiwa patriotik bahkan martir sekalipun, Pilkada tidak akan lama lagi ditambah setahun kemudian pilpres semuanya berada didepan mata memandang, ada hal yang penulis risaukan akibat kontestasi politik yang memanasDahan yang menjadi suatu tempat yang kuat untuk menahan beban yang merupakan tempat yang mencuat dari batang pohon bermakna tempat manusia hidup menyambung kehidupan tempat berkeluh kesah, tempat mengadu yang merupakan esensi bahwa manusia menunjuk pemimpin yang ideal dimana manusia bergantung pada manusia yang mempunyai tanggung jawab yang besar dan dapat diandalkan, hal inilah yang tidak ada dalam benak pemimpin kita dahannya tak kuat rapuh mudah dijatuhkan oleh angin yang menerpa yang diibaratkan konflik, adat Melayu sangat mengutamakan pemimpinnya, yang disanjung dengan bermacam sebutan, dan dijadikan lambang budaya yang sarat nilai-nilai dasar identitas Melayu yang Islami. Melalui ungkapan adat dinyatakan bahwa pemimpin adalah: orang yang dituakan oleh kaumnya, yang dikemukakan oleh bangsanya Kuat dahannya tempat bergantung tidak akan patah jika semua benda menggantung diatas dahan Demikian juga dengan seorang pemimpin, tidak layak bagi seorang pemimpin untuk menggantungkan hidupnya dengan orang lain. Pemimpin harus mandiri agar memiliki wibawa bagi orang yang dipimpinnya. Disini ada stanza
dan membuat gaduh, ada perumpamaan bahwa ada suatu

Bagaikan kayu besar di tengah padang
Rimbun daunnya tempat berteduh
Kuat dahannya tempat bergantung
Kukuh batangnya tempat bersandar
Besar akarnya tempat bersila

            Manusia menggantungkan diri pada pihak yang dapat diminta keadilannya, maka dalam pemimpin pendidikan dari kepala sekolah hingga kepala dinas pendidikan mau mengayomi para guru yang telah mengabdi dan bekerja demi bangsa dan generasi yang akan datang sehingga para guru tidak cemas akan masa kehidupannya diakhir hayat, Jadi yang dimaksud kuat dahannya tempat bergantung adalah pemimpin adalah tempat acuan para bawahan. Untuk mendapatkan kepemimpinan yang ideal itu perlu proses. Dengan demikian seseorang yang diangkat menjadi pemimpin tidak harus terlebih terlebih dahulu memenuhi persyaratan seperti yang diungkapkan di atas. Syarat mendasar yang harus dimiliki seorang calon pemimpin sesuai dengan yang ditetapkan dalam ajaran Islam yaitu Siddiq/cinta kebenaran, Amanah/dipercaya, Tablig /bijaksana, Fathanah/cerdas). Konsep negara bangsa ialah semua masyarakat mendukung satu bangsa dan satu negara yang tegak di atas satu identiti negara yang sama yang dimanifestasikan oleh pemikiran, nilai-nilai sosio-budaya, lambang-lambang dan senantiasa berpegang kepada jiwa kemanusiaan dan kerohanian yang tinggi. Bangsa yang bertamadun mempunyai identitas peradabannya yang tersendiri.
 
Kematangan kepemimpinan seseorang biasanya akan seiring sejalan dan berbenang-berkelindan dengan proses kepemimpinan yang dijalaninya itu. Orang dipilih menjadi pemimpin dapat berasal dari mana saja (tidak harus turunan pemimpin juga), tetapi karena dipilih, maka sejak itu dia lebih tinggi “derajatnya” daripada orang-orang kebanyakan. Seorang pemimpin harus menjaga harkat dan martabatnya. Karena semua tingkah-laku dan tindak-tanduknya akan diperhatikan oleh warga-masyarakatnya. Seyogyanya pemimpin yang bijak jangan berlomba-lomba dan “ngotot” agar bawahan harus bekerja dengan tekanan dan ancaman yang mengekang kreatifitas, ide, konsep dan metode untuk memecahkan masalah tapi realitasnya di Indonesia jabatan seolah-olah barang mainan dan mengelabui bawahan kepada cita-cita dan tujuan semu dalam meningkatkan citra negara. Pemimpin berkewajiban memberikan contoh teladan, menyampaikan tunjuk ajaran, memelihara kampung halaman, menjaga alam lingkungan berpijak pada keadilan, berdiri di atas kebenaran, menjaga marwah diri, umat, kampung, bangsa, adat dan lembaga, serta hukum dan undangnya. Begitu beratnya tugas dan kewajiban pemimpin, maka seorang pemimpin dalam adat Melayu wajib mendasarkan semua keputusan dan kegiatannya pada nilai-nilai agama Islam

Sedangkan kecerdasan administrasi dan birokrasi diperlukan untuk mengelola berbagai instansi atau satuan kerja hal inilah yang diperlukan atasan sekaligus pimpinan untuk mempekerjakan bawahan dengan semangat bahkan bawahan harus dianggap mitra sekaligus keluarga, hal ini penulis bisa mengambil contoh pengusaha besar dari Jepang yaitu Konosuke Matsushita yang merupakan pendiri Panasonic, dia menganggap bawahan itu adalah keluarga jika tidak ada mereka siapa yang akan bekerja diperusahaan dan tidak akan bisa membuat perusahaan atau lembaga itu bertahan, mengingat zaman sekarang teknologi semakin maju, kemudahan dalam proses pengerjaan tugas dan hal ini baik kepala sekolah maupun guru dituntut untuk memiliki daya kreativitas dan keinginan yang kuat.

Kuat dahannya tempat bergantung merupakan Besarnya tanggung jawab pemimpin misalnya, dalam perspektif Melayu digambarkan pula dalam link lagu Lancang Kuning. Lancang Kuning berlayar malam; haluan. menuju ke laut dalam; kalau nakhoda kuranglah paham; alamat kapal akan tenggelam jikalah pemimpin tidak paham akan kondisi, situasi sekarang maka diyakinkan bahwa lembaga, pendidikan akan rapuh dan tidak dipercaya oleh masyarakat sekitar untuk memberikan jasanya dalam bidang ilmu pengetahuan. Kepala Sekolah maupun pemangku kebijakan berperan penting dalam masa depan bangsa karena merekalah yang memutuskan segala sesuatu dalam kebijakan pendidikan yang akan berdampak terhadap generasi bangsa pada anak didiknya dan lembaga pendidikan merupakan dapur tempat menelurkan karya, ide, metode, problem solving yang berguna bagi bangsa dan negeri ini.

Realitas kehidupan sehari-hari bisa bermuara pada tataran filosofis seperti kita melihat pohon besar di tengah padang yang rimbun daunnya atau Lancang Kuning yang megah itu. Kalau penalaran berhenti sampai pada kekaguman fisik, maka kita tidak akan pernah mendapatkan makna di balik peristiwa. Padahal di balik peristiwa itu sering kali tersimpan petuah-petuah yang sangat dalam maknanya bagi kehidupan, makna kuat dahannya tempat bergantung adalah manusia harus mandiri baik pemimpin maupun bawahan dengan cara mengeluarkan ide-ide, konsep, kemandirian, problem solving supaya tidak bergantung pada orang lain, hal ini jelas dapat dilihat dalam pidato presiden Indonesia Pertama Ir. Soekarno yaitu BERDIKARI (Berdiri diatas kaki sendiri) tidak perlu bantuan orang lain dengan cara kemandirian hal inilah yang merupakan tugas berat bukan hanya pemimpin saja tapi para pegawai, staf hingga guru-guru yang bekerja dengan sepenuh hati demi amanat UUD 1945 “Mencerdaskan kehidupan bangsa” yang termuat dalam Alinea IV.

Seorang pemimpin seharusnya mengayomi masyarakat yang dipimpinnya dan masyarakat mendapatkan perlindungan, bimbingan dan arahan dari kewibawaan dan kearifan seorang pemimpin, ibarat pohon rindang yang dijadikan tempat berteduh jika kehujanan. sebaliknya seseorang yang memiliki kelebihan jangan semena-mena dalam bertindak yang akan meresahkan orang lain atau masyarakat, ibarat orang  yang memiliki kepintaran itu sebagai alat menipu dan merugikan orang lain, sikap untuk mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban saling mengasihi sesama bersikap tenggang rasa dan tidak semena-mena serta menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan gemar melaksanakan kegiatan kemanusiaan serta berani membela yang benar hal inilah yang tidak pernah penulis temui dalam masyarakat yang sudah maju dan modern.

Guru-guru serta para pihak yang membantu dalam dunia pendidikan berharap kepada kepala sekolah, kepala dinas hingga pemimpin negeri ini jangan menjadi dahan pembaji batang, (orang kepercayaan yang menyalahgunakan harta benda tuannya) yang artinya sudah diberi jabatan pemimpin tapi masih mematahkan dan menyalahgunakan harta, jabatan dan lainnya pada yang telah memberi tanggung jawab jabatan, pemimpin juga bisa mengatur keuangannya supaya jangan seperti besar kayu besar dahannya, makin banyak pendapatan (uang) makin banyak pula yang dibelanjakan yang berati pemimpin jangan sampai boros dalam anggaran walaupun uang sekolah sangat banyak dan menjadi uang tidak terpakai. Perlu diketahui bahwa pemimpin seyogyanya mampu dan mau berkorban apa saja untuk kepentingan orang yang dipimpinnya (masyarakat umum terutama pegawai, guru serta warga yang ada di sekolah). Ia mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi dan keluarganya dengan kata lain keluarga adalah masyarakat yang dipimpinnya dan masyarakat adalah keluarganya, pemimpin yang memimpin tidak memandang siapa pun yang ia pimpin.

Hal patriotik yang dimiliki pemimpin di era sekarang sudah sangat-sangat jarang dilihat malahan kenyataan di lapangan bahwa kepala sekolah merupakan hierarki yang ada di dalam dunia pendidikan yang acap kali bagi masing-masing individu yang memiliki niat tidak baik bisa menyalahgunakan wewenang yang dijabatnya, adanya uji kompetensi, supervisi dan sebagainya terkadang tidak tampak bahaya laten penyalahgunaan wewenang dalam dunia pendidikan hal inilah semua pihak saling memberitahu atau mengingatkan kepada pemimpin bahwa jalur yang dipakai benar atau salah supaya tidak salah langkah hal ini sering penulis mendengar dari kata Hang Jebat “Raja bijak raja disembah, raja zalim raja disanggah” yang artinya semua pihak saling mengingatkan kepada atasan atau pimpinan bahwa apa yang dilakukan benar atau salah sehingga alur kemudi bangsa ini tidak semakin rusak dan berharap kedepannya pemimpin-pemimpin bisa memahami makna makrifat arif dalam bertindak.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

intel vs amd dan arm

Standar profesi ACM dan IEEE Standar Profesi di Indonesia dan Regional

Arah demokrasi Indonesia